kelenteng boen bio di surabaya

Kelenteng Boen Bio di Surabaya

Diposting pada

Kelenteng Boen Bio di Surabaya terletak di Jalan Kapasan Nomor 131, Kelenteng ini dibangun dan berdiri di daerah  Kapasan pada tahun 1883. Kelenteng Boen Bio membawa Sinci (Papah roh/Papan nama) khonghucu, murid-muridnya, dan pengikut-pengikutnya. Oleh karena itu, Kelenteng Boen Bio ini cuma diperuntukkan bagi penganut agama Khonghucu yang murni.

Awalnya kelenteng ini bernama Boen Tjing Soe (Wen Chang Szu). Kelenteng ini didirikan atas inisiatif Go Tik Lie dan Lo Toeng Siong yang berunding bersama dengan Mayor The Boen Ke terhadap 1882. Munculnya inisiatif untuk mendirikan kelenteng ini karena terhadap akhir abad 19, di tempat Kapasan belum tersedia tempat ibadah untuk orang Tionghoa layaknya yang tersedia di tempat Pecinan lain.

Gotik Lie dan Lo Toen Siong melakukan derma dan membuahkan sejumlah uang. Mereka mendatangkan tukang dari Tiongkok, bangunan arsitekturnya pun bergaya Tiongkok.

Bentuk bangunan dan hiasan di dalamnya membawa arti dan tujuan yang bersifat simbolik yang mampu bersifat harapan atau doa.

Salah satu tersedia tanjakan licin yang berada di pintu gerbang Kelenteng Boen Bio dan sisi-sisinya di apit dua buah tangga. Maknanya, untuk sampai di pintu tengah Boen Bio bersama dengan mengfungsikan tanjakan berikut tidak mudah, perihal ini bermakna manusia yang menginginkan merintis kehidupan yang suci tidaklah mudah.

Melansir dari instagram @surabayasparkling, Kelenteng Boen Bio ini tidak terkandung patung dewa Buddha. Kelenteng ini juga jadi saksi bisu pertahanan dari kejayaan Khong Hu Chu di Surabaya dan jadi cuma satu kelenteng tertentu agama Khong Hu Chu di Asia Tenggara.

Sejarah Kelenteng Boen Bio di Surabaya

Awalnya klenteng bernama Boen Tjiang Soe yang mempunyai makna mewarisi dan menggemilangkan kesusastraan, kata Muharrom, penjaga klenteng, kepada Basra, belum lama ini.

kelenteng boen bioBangunan bangun pada 1883 atas inisiatif Go Tiek Lie dan Co Toe Siong. Kala itu mereka ada problem mendapatkan area ibadah untuk orang Tionghoa, agar atas perlindungan Majoe The Boen didirikanlah klenteng di area pemukiman Kapasan dalam.

Waktu itu masih di belakang klenteng ini. Namun gara-gara sulitnya akses masuk, maka pada 1906 klenteng ini dibongkar dan dipindahkan agak maju, di tepi jalur raya tepatnya di Jalan Kapasan, terang Muharrom.

Gotik Lie dan Lo Toen Siong laksanakan derma dan menghasilkan sejumlah uang. Mereka mendatangkan arsitektur dari Tiongkok.

Dikatakan Muharrom kecuali klenteng Boen Bio punya 3 jenis arsitektur, yaitu Belanda, Tiongkok, dan Jawa. “Gaya Belanda sanggup dicermati terhadap ubin klenteng yang kenakan ubin kuno bersama dengan ukiran khas Belanda.

Kemudian arsitektur Jawa sanggup dicermati terhadap gebyok yang dipasang terhadap altar klenteng. Nah jenis Tiongkok itu tidak benar satunya sanggup dicermati terhadap kaligrafi yang ada di sini,” papar Muharrom. Pembangunan klenteng pun selesai terhadap 1907 dan diresmikan bersama dengan nama yang kini dikenal sebagai Boen Bio yang punya arti kuil para terpelajar.

Meski udah berdiri puluhan tahun, namun bangunan berikut tidak banyak beralih sampai kini. Ornamen dan bentuknya tetap terjaga dan dirawat oleh para pengurus klenteng.

Pilar-pilar bersama dengan ukiran naga sebagai lambang berkah dan anugerah jadi doa dan harapan agar klenteng berikut membawa kebaikan untuk semua orang.

“Bangunan ini tidak pernah dipugar tapi hanya dirawat jadi keadaanya hingga saat ini masih rapih dan tertata dengan baik. Misalnya dilakukan pengecatan,” pungkas Muharrom.

Letak Kelenteng Boen Bio di Surabaya

Klenteng Boen Bio adalah “benteng terakhir pertahanan” agama Konghucu di Surabaya. Awalnya klenteng ini bernama Boen Thjiang Soe, berdiri pada tahun 1883, terletak di Jalan Kapasan 131, Surabaya. Bagi Anda yang ingin sembahyang di kelenteng Boen Bio silakan datang karena ini terbuka untuk umum.

Namun perlu diketahui untuk datang kesana harus berpakaian rapih dan tidak menggunakan pakaian yang terbuka khususnya untuk wanita. Untuk kaum pria biasanya menggunakan celana panjang agar terlihat lebih sopan dan rapih.

Kelenteng Boen Bio terletak di tengah kota metropolitan sehingga punya banyak keragaman terasa dari agama, suku dan lainnya. Keragaman selanjutnya pun memperkaya bangunan terhitung daerah ibadah di Kota Pahlawan ini.

Setiap sudut kota Surabaya adalah yang baharu dan bahari. Ada banyak bangunan bersejarah yang diwariskan oleh pendahulunya, tersedia terhitung bangunan modern yang ikuti zaman.

Kali ini, kita bakal berbicara mengenai salah satu daerah ibadah yang tersedia di Surabaya. Tak cuma sekadar daerah ibadah, bangunan ini terhitung menyimpan peristiwa di dalamnya. Salah satunya, Kelenteng Boen Bio. Kelenteng Boen Bio ini terletak di Jalan Kapasan No.131, Surabaya.

Dikutip dari jurnal, Kelenteng Kuno Boen Bio di Surabaya (Nilai dan Makna Ajaran Khonghuchu) yang ditulis oleh Dede Burhanudin didalam web jurnallekturkeagamaan.kemenag.go.id, orang-orang Tionghoa yang berkunjung ke Pulau Jawa, lebih-lebih Surabaya mayoritas menganut tiga ajaran yang berbeda, yaitu Khong Hu Chu, Tao, dan Budha dan beribadah di daerah yang dinamakan kelenteng. Kelenteng selamanya berada di didalam permukiman orang Tionghoa yang kebanyakan terletak di daerah sungai atau pelabuhan.

Selain itu Anda juga bisa menikmati kuliner yang dekat posisinya dengan kelenteng Boen Bio, jadi tidak perlu repot atau jalan jauh lagi untuk Anda yang ingin makan dan minum.

Kelenteng Boen Bio ini tidak hanya terdapat patung Sang Buddha, namun ada beberapa patung Dewa Dewi Tao lainnya. Kelenteng ini juga menjadi saksi bisu pertahanan dari kejayaan Khong Hu Chu di Surabaya dan menjadi satu-satunya kelenteng khusus agama Khong Hu Chu di Asia Tenggara.

Mari kita lestarikan semua tempat ibadah dan menjaga kebersihannya karena dengan menjaga kelestariannya dikemudian hari anak cucu kita juga bisa sembahyang di kelenteng Boen Bio.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *